Nasigorengseratus

Labels

Selasa, 27 Januari 2015

Cerpen Islami, Isnpiratif, Moltifatif Ala Kang Aaf (GORESAN TINTAKU)


GORESAN TINTAKU
“Siapa Dirimu” sepucuk tulisan tak bertuan yang kutemukan didepan pintu rumah. Aku terus berpikir siapa yang mengirimnya, karena setiap pagi tulisan misterius itu selalu tergeletak sedirian didepan pintu rumahku.
“Syita…… kok masih diluar nak..!!!” tegur ibu pelan, selepas kumerenung setelah tulisan misterius hadir menggoda malamku kembali.
Angka 23.00 cukup membuat mataku mengantuk, sebelum tertidur aku mempersiapkan diri untuk berhias sebelum tidur, biasa cewek perawatan intensif hehehe,
“Ma… aku berangkat dulu” teriakku dari pintu luar karena ayam subuhpun sepertinya lupa membangunkanku, maklum saja ditelingaku ada handseth dengan lagu (sakitnya tuch disini didalam hatiku)
“Syita…. Gak sarapan dulu nak…!”
“Ya sudah ma…!!!” teriakku dari atas motor Mio soul, hatiku menggertak waktu (Payah aku telat masuk kerja lagi, bisa dipecat nich), aku panik sudah sangat sering aku kesiangan masuk kerja, aku bekerja disalah satu media penerbitan dan mediat cetak.
Sepertinya masih ada waktu untuk membuat alasan, namun suaranya membuatku terus melangkah masuk kekantor redaktur  umum,  ya….tanpa ada kata yang keluar dari mulut pimpinan tiba-tiba ada surat keputusan yang membuatku kembali lagi kerumah. Aku dipecat “AAAAA aku memang bersalah, aku terlalu lalai, aku juga kurang bisa mengatur waktu-waktuku” jerit bathinku menyesal.
“Siapa Dirimu” lagi-lagi tulisan tak bertuan itu ada didepan pintu, ingin saja aku mengabaikannya tapi tak bisa ketika membacanya saja pasti ada indikasi untuk merenungkannya, aku sadar aku adalah orang yang lalai.
Huff….. tiga hari tak keluar rumah rasanya penat, dan begitu sumpek, aku beralih arus, aku sekarang bekerja diroti bekrey milik bibiku,  alhasil akupun menjadi sedikit konsisten dan aktif bekerja.
Belum genap satu bulan aku bekerja rasanya sudah begitu jenuh, sepertinya terlalu capek seharian hanya berbaur dengan tepung, mentega, telur dan manisan lainnya seperti coklat, strowberi. Aku jadi jarang dan masuk kerja bolong-bolong.
Seringkali aku mendapat teguran dari bibi, waktu pas hari pertama gajian rasanya senang banget, ada uang dikepalaku berputar-putar rasanya.
“Syita…..” aku dipanggil untuk menerima gaji pertamaku,
“Alhamdulillah” aplop pertama isinya lumayan 900.000 an. Kemudian aku membuka amplop kedua ya payah untuk kedua kalinya aku dipecat. Sedih ada tapi menyesal tidaklah, karena aku memang kurang cocok untuk bekerja sebagai tukang roti. Hehehe.
Dengan pandangan lesu aku kembali kerumah “Siapakah dirimu” tulisan itu kembali menggoda didepan pintu, aku renungi sejenak sebelum aku mengabaikannya, “Aku adalah orang yang selalu gagal” besit bathinku kembali. Aku semakin penasaran, siapa yang menulis ini semua, pikiranku semakin geram, tentang asal dari tulisan yang selalu hadir setiap hari didepan pintu.
“Siapa Dirimu” dipagi-pagi sekali tulisan itu hadir dipintu depan rumahku, seperti biasa aku berpikir dan mengahayatinya, aku semakin penasaran siapa sebenarnya yang menulis tulisan pendek yang aku selalu menghayatinya setiap kali aku membacanya.
“Huf… kenapa aku harus resah dengan tulisan itu, kenapa juga aku harus memikirkannya, biarlah dia terus menghantui, lagian apa pengaruhnya untukku” Geram bathinku memuncak.
“Siapa Dirimu” lagi-lagi dia datang tak diundang, tapi aku berhasil mengabaikannya, aku merasa tak perduli dengan tulisan yang taka da tuannya itu, aku juga tidak tahu dari tangan yang mana dia keluar, kenapa tulisan itu begitu mistery, tidak ada waktu lagi untuk merenunginya sedangkan mamaku sekarang lagi sakit keras, apa lagi aku adalah wanita yang malas sudah dua kali aku dipecat kerja, sedangkan ayahku adalah orang yang keras, otoriter, bahkan ambisinya untuk membuatku sukses sungguh luar biasa, seringkali ayah membelikan aku buku-buku cerita seperti novel dan cerpen-cerpen fiksi lainnya. Tapi sayang, sekarang ayah tidak pernah ada dirumah sepertinya dia menghilang dan kecewa karena aku tidak mau untuk melanjutkan kuliah karena aku begitu menghawatirkan mama yang sakit-sakitan.
Sejak ayah menghilang perekonomian kami merosot, sumber penghasilan yang sebelumnya sudah ada jatah dari ayah sekarang entah hilang kemana, apalagi kondisi mama yang tambah hari makin parah saja, membuatku harus bekerja ekstra tapi siapa yang mau menerima si pemalas bekerja, sedangkan rekornya sangat buruk dengan dua bulan bekerja dua kali pula dipecat dari dua perusahaan,
Mama juga tak kunjung sembuh, berobatpun hampir kami tak mampu, namun melihat kondisi mama yang kian parah membuatku terpaksa untuk membawanya kerumah sakit. RSUD Syarifah Ambani Bangkalan, kondisi mama semakin tak memungkinkan, mama pun koma entah penyakit apa yang sedang menteror mamaku, sepertinya dokter merahasiakan hal ini.
Aku begitu pusing, pikiranku sibuk dan membingungkan, aku terpaksa untuk pulang sejenak tapi “Siapa Dirimu” tulisan itu kembali menggoda, aku hapus tulisan itu dengan marah dan kesal, darahku naik pitam, emosiku sudah tingkat dewa, aku jadi ingat sama ayah.  “kemana dia sekarang..?”
“Ayah jahat, ayah tidak bertanggung jawab, kenapa ayah tega meninggalkan kami, kenapa ayah menghilang, aku berjanji tidak akan malas lagi, aku akan bangkit dan tidak akan mengecewakan ayah lagi, ku mohon ayah kembali”  jerit bathin dalam bingkai doa Asharku.
“Ctarrrr” ada benda kecil yang jatuh dari rak bukuku, aku ambil benda kecil itu dan kuperhatikan aku sedikit lebih paham tentang benda kecil yang lama sekali tak pernah kusentuh “PENA” aku jadi teringat semasa sekolah dulu, dengan pena ini aku bisa menjuarai lomba menulis sekabupaten.
Aku kembali ke rumah sakit untuk menemani mama, akupun terus berdo’a  demi kesembuhan mama, aku hanya bisa pasrahkan ini semua pada tuhan.
Aku hanya bisa bercerita lewat pena yang aku bawa, aku terus menulis dan menulis, aku yang hobbinya membaca novel akhirnya membuat cerita pendek, dan terus menulisnya hingga aku lupa, entah berapa cerpen yang sudah aku tulis. Aku terus terinspirasi karena ada ketenangan tersendiri ketika aku menulis sesuatu, dengan menulis aku tidak sepanik sebelumnya, meskipun kondisi mama tidak ada perubahan.
Hampir satu bulan dirumah sakit, rasanya menghawatirkan “Ya..tuhan biayanya aku dapat dari mana…?” ucap bathinku merintih, aku hanya pasrahkan sepenuhnya pada Allah SWT. Apapun garis-Mu itulah yang terbaik.
Hawatir tulisanku ini tidak bermanfaat bagi orang lain, akhirnya aku buatkan halaman khusus cerpen di Facebook dan blogspotku, Al-hamdulillah ide ini aku terinspirasi dari penulis best seller cerpen “MENCARI TUHAN DALAM CINTA” yaitu Al-makki yang sedang marak difacebook. Cerpen yang pernah dibedah oleh STAI Arrohmaniyah sampang ini akhirnya mencapai 17.000 lebih likers difacebook dan meraih beberapa penghargaan, dan sekarang Al-Makki lebih dikenal dengan Tinta Emas Madura. Aku semakin ingin mencapai lebih  baik dari Tinta Emas Madura itu.
Kondisi mama makin parah, aku juga makin hawatir, aku begitu sedih, betapa menyesalnya aku menjadi wanita pemalas yang menyusahkan orang tua, aku terus merenung pukul 01.30 Wib, suasana di nihari memang sedikit tenang dan sayu, dengan malam yang mulai mengunggu kehadiran fajar, disitu aku terus mengangkat tanganku berdo’a demi kesembuhan mama, aku mencoba memiscaall tuhan diseprtiga malam-Nya, air mataku pecah dan berserbakan dikertas cerpenku yang hampir selesai. Aku tegarkan hatiku untuk memasrahkan keadaan ini kepada tuhan disepertiga malam-Nya.
Aku melanjutkan cerpenku hingga subuh tiba, aku bercerita pada tuhan tentang konflik seorang pemuda dan 3 orang wanita yang begitu mencintai tuhannya, sehingga wanita itu meninggal dunia, sekaligus menjadi tanda bukti kalau tuhan mencintai pemuda itu sehingga tuhan mengambil nyawa 3 wanita itu agar pemuda sholeh itu lebih panjang menyebut nama tuhan-Nya.
“Bismillahirohman” aku mengunggah cerpen itu dihalaman Facebookku, lega rasanya curhatan untuk tuhan telah tersampaikan, puas dan ingin terus menulis dan menulis.
Sepertinya aku kecapean aku baru tersadar  dari tidurku 08.00 Wib. Aku terkejut ketika mamaku sadar dari koma panjangnya. Aku riang sekali tanpa terasa air mataku tumpah melewati ruas pipi lesungku. Mama begitu cantik, dan Nampak begitu pucat, aku begitu menyayanginya.
“Mama. …Syita janji tidak akan malas lagi, syita akan bangkit dan menjadi syita yang rajin” sesalku dipangkuan mama. 
Kondisi mama berangsur baik, semuanya hampir bejalan normal. Menurut informasi mama sudah bisa pulang lusa, betapa bahagianya aku karena sebentar lagi aku sudah bisa bersama mama lagi dirumah.
Aku masih sibuk memikirkan adsministrasi pembayaran dirumah sakit. “Ya Allah dapat uang dari mana aku untuk membiayai mamaku” besitku bingung karena mungkin biayanya lebih dari dua puluh jutaan, dengan langkah lunglai dan ucapan Bismillah aku keruang adsministrasi.
“Adik tidak usah menangis, karena semua pembiayaan atas nama Ibu Rusmini sudah ada yang menanggung sejak Ibu Rusmini pertama kali dirawat” Hatiku terhenyak kaget “Siapa” Bathinku bingung.
Dengan ucapan syukur aku kembali untuk menemui mama, alangkah kagetnya ternyata dipelukan mama ada ayah.
“Ayah”  akupun berlari memeluknya pula, pada waktu itu RSUD Syamrabu bagaikan surga hidupku, air mataku berlinang bening dan jatuh perlahan dari dagu panjangku.
“Assalamualaikum…” kita kaget dalam keheningan, akupun menoleh dan membuka pintu dari asal suaara salam itu.
“Waalaikum salam” jawabku, aku begitu kaget setelah aku membukakan pintu, ternyata Pak Zain, dia adalah bosku ketika aku bekerja dimedia cetak dan penerbitan dibeberapa bulan yang lalu.
Pak Zain sedikit bercerita tentang beberapa cerpenku dihalaman facebookku, menurut Pak Zain cerpen-cerpenku banyak yang nge-like hingga ribuan likers facebook. Apalagi cerpen terahirku yang aku tulis menjelang subuh dengan judul “KETIKA TUHAN CEMBURU” itu menembus 20.000 likers facebook, aku terkejut ketika melihatnya langsung difacebookku ternyata banyak yang meminta untuk dicetak dan dibukukan. Aku begitu senang impianku sebagiannya sudah tercapai yaitu ingin seperti Almakki yang cerpennya banyak diminati dan menjadi inspirasi bagi yang membacanya.   
Pak Zain meminta izin kepadaku untuk menerbitkan semua cerpen-cerpenku, akupun langsung setuju, akupun mengusulkan kepada pak Zain untuk judul covernya yaitu KETIKA TUHAN CEMBURU, ternyata aku bisa.
Kesepakatan sudah aku tanda tangani, 50% dari hasil penjualan akan kembali kepenulis. Aku mama dan ayah sudah sampai didepan rumah, akupun berlari riang dan bahagia, karena keluargaku kembali normal seperti semula, aku dan ayah mencoba memapah mamaku, karena kondisi lemah.
“Siapa Dirimu” Lagi-lagi tulisan itu menunggu didepan pintu, mama dan ayah tersenyum, keningku mengerut tajam memandang tulisan kecil itu, akupun menghampiri tulisan itu, kemudian aku tulis juga dibawah tulisan itu sebuah kata sebagai jawabannya “AKULAH SIPENULIS by: Zahrotus Syita”  ya ini jawabanku.
Aku baru mengerti, maksud dari tulisan itu, sebuah pertanyaan kecil dengan jawaban yang besar. Siapapun engkau…. Aku adalah Si Penulis.
(kang aaf @r)

0 Celoteh Mereka:

Posting Komentar

 

CERPEN ISLAMI

UNTUK UMUM

KARYA PRIBADI @af

SILAHKAN KUNJUNGI: http//:cepatkreatif.blogspot.com

LP3S

Lembaga Penerbitan Pp. Syaichona MOh. Cholil.