08/23/2002
Sumiyah, ibunda Ziyad, adalah seorang wanita pelacur. Abu Sufyan bin
Harb mengaku bahwa dirinya satu-satunya lelaki yang menghamili wanita itu. Jadi
dia ayah Ziyad.
Suatu hari Khalifah Mu'awiyah naik ke atas mimbar, dan menyuruh Ziyad
untuk berdiri di sampingnya.
"Saudara-saudara sekalian, sungguh aku sudah mengenal siapa Ziyad
ini. Tetapi, siapa di antara kalian yang memiliki bukti, silakan ajukan!"
kata Mu'awiyah kepada para hadirin.
Semua yang hadir berdiri seraya memberikan kesaksian bahwa Ziyad adalah
putera Abu Sufyan. Oleh Mu'awiyah ia lalu diangkat sebagai penguasa Kufah
merangkap Bashrah.
Pada hari penobatan Ziyad sebagai penguasa kedua wilayah tersebut
diadakan upacara arak-arakan yang cukup meriah. Seorang lelaki buta dari suku
Bani Makhzum yang biasa dipanggil Abul Urban ikut menonton di pinggir jalan.
"Siapa yang diangkat sebagai penguasa kali ini?" tanya Abul
Urban kepada seseorang di sebelahnya.
"Ziyad bin Abu Sufyan," jawabnya.
"Apa? Setahuku Abu Sufyan tidak punya putera bernama Ziyad,"
kata Abul Urban.
"Jadi, Ziyad siapa?" tanya orang itu.
"Sungguh banyak hal yang telah dirusak Allah, banyak rumah yang
telah dirobohkan-Nya, dan banyak budak yang telah dikembalikan-Nya kepada
tuan-tuannya," jawab Abul Urban.
Seorang mata-mata kerajaan kebetulan mendengar ucapan Abul Urban
tersebut. Ia lalu melaporkannya kepada Mu'awiyah. Khalifah ini segera mengirim
seorang kurir membawa sepucuk surat
berisi:
"Celaka kamu oleh ibumu. Setibanya suratku ini potonglah lidah
laki-laki buta dan suku Bani Makhzum itu jika ia berani mengatakan lagi kalau
kamu bukan putera Abu Sufyan."
Ketika si kurir hendak mohon diri, Ziyad menitipkan uang sebanyak
seribu dinar untuk Khalifah Mu'awiyah, seraya berpesan:
"Sampaikan salamku kepadanya. Katakan kepadanya, aku baru bisa
mengirim uang sejumlah ini. Gunakan lebih dahulu! Kali lain aku akan
mengiriminya lagi."
Dengan ditemani seorang pengawal, esoknya Ziyad menemui laki-laki
tunanetra dari Bani Makhzum itu.
Setelah mengucapkan salam, pengawal bertanya:
"Siapa orang yang bersamaku ini?"
"Dia pasti Ziyad bin Abu Sufyan," jawabnya dengan tegas.
Sepeninggal kedua tamunya, laki-laki tunanetra dari suku Bani Makhzum
itu menangis seraya berkata,
"Demi Allah, aku mengenal persis siapa Abu Sufyan."
Sumber: Muhadharat al-Asibba, al-Raghib al-Ashfahani
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
0 Celoteh Mereka:
Posting Komentar