Ketika Tuhan Cemburu
Tak ada lagi senyummu yang indah, tak nampak lagi wajahmu yang selalu berkilau seperti rembulan, pergi sudah wujudmu dari dunia ini, kini yang ada hanyalah bau wangi ditengah pusaramu, kenapa sekarang dirimu hanya dihiasi dua batu nisan saja,mengapa ini harus segera berahir tuhan…?“ besit batinku sedih seiring berlalunya Fariza Aulia dari cinta yang pergi untuk selama lamanya sebab kecelakaan beberapa saat yang lalu ,semua terasa pupus bagiku sulit rasanya bertahan di dunia ini tanpa orang yang kita cintai.
Satu bulan bahkan satu tahun lamanya kusendiri, tapi tetap saja bayangan Fariza Aulia terus hadir disetiap deru nafasku, aku renungi jalan terahirku agar aku tetap bisa bertahan sehingga dipagi itu kulangkahkan kakiku di suatu kota yang begitu subur, kutatapkan mataku demi mencari tempat tinggal baru,kutatap lebih dalam lagi ternyata di kota itu ada sebuah pondok pesantren yang cukup tenar dengan nama Raudlatul Falah sehingga hatiku terketuk untuk menetap di sana, untuk bisa mengembalikan jati diriku sewaktu dulu semasa Fariza Aulia masia ada.
Dua tahun sudah aku di sana hidupku jauh lebih berarti dari pada sebelumnya, keikhlasan hatiku atas kepergian fariza menjadi seberkas ketulusan dalam hatiku, apalagi 15 juz dari Al Qur’an ada di ingatanku, tak cukup banyak santri yang ku kenal tapi semua santri yakin mengenalku sebab aku adalah seorang abdi dalhem yamg terkenal, aku terus termenung dibawah bintang-bintang yang menatapi takdirku. “assalamu alaikum kak ris…” “ wa alaikum salam “ tiba tiba saja Irfan membuyarkan hayalanku “ini kak ada titipan dari santri putri“
“mungkin salah alamat kale“
“nggak kok kak ini ada nama dan alamatnya lagian orangnya cantik kok, ya udah kakak ambil aja siapa tahu jodoh“ pungkasnya meyakiniku seraya berguyon santun yang membuatku tersipu-sipu sebab malu.
To: Faris Abdillah
Assalamualaikum ……………….. !!
Langsung aja …….!!!
Kak Faris…semenjak aku menatap rembulan yang hadir hanyalah wajah kakak, ketika kutersenyum yang kudapatkan hanyalah bayangan kakak, aku semakin bingung ada apa dengan perasaanku ingin kubuang tapi bayangan kakak selalu hadir mencegahku,aku tak mampu menahannya kalau aku jatuh cinta dan cinta ini tak mungkin ku pungkiri kalau kakaklah yang saat ini ada dalam hatiku,sebenarnya sangatlah tak pantas ku ungkapkan ini apalagi pada khaddam kesayangan kiai,tapi kak inilah cinta bila ditahan menjadi duri dan menikam hatiku sendiri, aku tak tahu jawaban kakak yang penting kakak tahu dulu tentang persaanku, dengan pena cinta yang bergulir kurangkum semua perasaan ini,maaf bila aku telah mengkorupsi waktumu, terima kasih juga buat kakak smoga kakak dalam lindungan-NYA.
Wassalam,, Salam cinta.
By: Ninsia Aurora.
Aku balas surat itu dengan rahasia hatiku, aku tahu siapa Nira, dia adalah bidadari yang tersesat di dunia ini, selain cantik, solehah, dia adalah seorang hafidzah senior di pondok ini, sehingga rasanya tak mampu hati ini untuk menolak perasaannya meski terkadang bayangan Fariza Aulia hadir tersenyum melirihkan airmataku. entah berapa tahun sudah Nira mengisi hatiku yang kosong, surat demi surat pun kusiratkan disecarik kertas bersama, bahagia rasanya, sehingga bayangan Fariza Aulia tak nampak lagi di hatiku, yang ada hanyalah sabda-sabda cinta darinya, dan tak ada ruang di hatiku kecuali bayangannya.
“Disaat hatiku menjadi gamang
Dikau yang hadir menghiburku
Disaat nafasku tersesat
Engkaulah yang menegurku
Tapi di saat aku rindu
Kenapa hanya ada selembar kertas saja “
Sebuah puisi yang kupahat atas nama rinduku untuknya. Angin nampak kurang bersahabat denganku, daun-daun gugur begitu saja seolah menghujamku, halaman dhalempun terlihat lebih berantakan ku gayung sirambut paku (sapu) dengan penuh sabar dan tanggung jawab yang begitu besar, kukerutkan pandanganku kepojok pagar. “Alhamdulillah“ desahku setelah berhasil menaklukan keangkuhan yang sombong itu, kusunggingkan senyum untuk mencemooh pohon randu yang tersenyum kepadaku, ingin rasanya beristirahat tapi masih saja burung -burung bernyanyi untukku.
“Faris….“ “ndhalem bah“ kiai Miftah memanggilku “Ris… tolong sebarkan undangan ini ke seleruh Ikatan Remaja Raudlatul Falah atau di sebut juga(ARRAUFA) dan juga jangan lupa ke seluruh instansi kepengurusan santri dan alumni pondok pesantren.Ku tatap undangan kecil itu, tak kusangka kalau undangan ini untuk menyambut Neng Silvi dari studinya di Kairo Mesir setelah 5 Th disana, pantas saja kalau kiai Miftah mengadakan pesta besar sebab Neng Silvi adalah putri sewatawayangnya,akupun penasaran atas Neng mungil yang penah akrab denganku lima tahun yang lalu.
Sejak pagi ruangan mulai sesak, cawananpun di penuhi oleh makanan berbagai aneka, acara semakin meriah apalagi kiai Miftah baru saja membukanya dengan surotil fatihah, pembacaan tilawatil Qur’an pun baru saja dingiangkan oleh KH.Dr. Yahya Mustofa.Aku kaget disaat sang MC memanggilku diacara yang no 3 sebagai sambutan atas ARRAUFA sendiri,sebab aku tak mempunyai persiapan sedikitpun. Baru selanjutnya adalah acara inti yang di pandu langsung olen Neng Silvi atas rasa syukurnya kepada Ilahi Rabbi tak sesekali dia menceritakan hiruk-pikuk dari kesuksesannya, kemudian acara ini ditutup oleh Habib Taufiq Al Fikri, acara telah usai meski sempat membuatku gugup, di saat kutatap gadis biru itu adalah Nira.
Seiring berlalunya sang waktu yang terus berputar rasa rindu tak mampu untuk ku katakan, bahasa cinta tak bisa dimaknai, aku galau dan merasa rapuh, aku sadar kalau hidup masih panjang dan masih penuh dengan misteri, “Faris…“ kiaiMiftah memanggilku. “tolonggantikan aku mulang di surau ya…“ “enggih mbah“ aku tak mampu menolaknya, apalagi beliau memintaku untuk menemuinya seusai tugasku yang begitu berat ini, kuterus berjalan kesurau meski sedikit bingung, kulewati juga TK Al Falah yang sedikit aneh, kutatap ternyata Nira yang sedang mengajar para hafidzah cilik di pesantren ini, kusunggingkan senyum iapun begitu, betapa bahagianya hatiku tapi surau meredupkannya kembali,akupun sedikit gugup ketika berada didepan senior yang ngaji itu sebab tak sedikit dari mereka yang Lebih bisa dari pada diriku, tapi Alhamdulillahaku mampu melewatinya meski tak sedetail kiai waktu membimbing mereka.
“Faris… saya rasa apabila pohon itu sedang cukup untuk berbunga maka yang diharapkan adalah buahnya yang manis” itulah dauh beliau, aku bingung dari kata singkat beliau sehingga kiai Miftah mengajakku keruang tamu, dia menghisap rokoknya, seakan siap ingin mengatakan sesuatu yang serius atau beliau ingin menafsiri dauhnya sendiri yang membingungkanku, “Ris…saya rasa kamu sudah sangat kenal dengan Silvi, kamu sudah cukup dewasa untuk tahu hal ini, seringkali Silvi gak kerasan di Kairo karna disini ada orang yang dicintainya,sering kali dia minta cuti ke Indonesia hanya untuk melihat wajahnya, tapi aku larang karna aku janji bila dia lulus dengan yang terbaik maka aku akan jodohkan dia dengan pria itu, “kiai Miftah menarik nafasnya lebih dalam lagi sebelum kekalam berikutnya, “apakah kamu tahu siapa dia“ aku belum sempat menjawabnya namun kiai Miftah menjawabnya degan bahasa yang begitu halus “dia adalah dirimu Ris…kamu yang membuatnya selalu semangat di Kairo, sekarang apakah kau mau menerima pinanganku untuk menyunting putriku, Silvi?“ Deg…. hatiku kaget, aku diam seribu kata, aku juga gak bisa berfikir secepat itu, hanyalah keringatku yang menemaniku, “Ga’ perlu jawab sekarang istikhorohlah dulu pilih yang terbaik untuk dirimu“ senyum beliau.
To:Faris Abdillah
Assalamualaikum…. Wahai kakakku sekarang aku tersesat aku kehilangan aku juga yang selalu menjerit agar cintaku kembali, cinta telah melukaiku bahkan memapahkan hidupku, engkau sekarang tersenyum saat ini tapi maafin aku kak, aku gak bisa hadir dihari sakralmu karna aku tenggelam dalam larut sedih yang begitu panjang, kak aku tak mampu menatapmu berdua, dan aku tak tahu kapan aku akan menatap kakak lagi, jangan sakiti Neng Silvi seperti kakak melukai perasaanku, dia gadis cantik nan soleha dirimu sungguh beruntung bersamanya semoga kakak bahagia.Amin.
Nira Yang Tersesat
Air mataku tumpah berantakan di hari resepsi pernikahanku yang baru usai dengan meriahnya, aku sempat tersenyaum tapi disisi lain Nira telah menangis, aku berjihad demi guru bukan demi cinta tapi mengapa tanpa cinta begitu tersiksa, aku tak mampu berkata apa…kecuali hanya sebuah syair hatiku untuk tuhan.
“Tuhan …!
Kemana lagi aku mengadu
Bahagiaku merasa bungsu
Bagaimana aku akan kabur
Sedangkan cerita masih panjang
Aku bingung disaat cinta berjanur kuning
Apakakah itu episode terahir
Ataukah awal skenario tuhan saja“
Ntah berapa hari air mata hatiku selalu mendung aku mencintai silvi sebagai istriku, namun bayangan nira sedikitpun tak terhapus dalam ingatanku, aku bingung maksud tuhan, aku gemetar memandang foto Nira didompetku yang tak sempat kubuang , “ kak faris …! Kakak kenapa….?kakak sakit ya….biar silvi panggilkan dokter ya… kak “,panic silvi, “ gak usah kakak Cuma sakit kepala biasa, dik silvi….!boleh gak aku Tanya sesuatu “ tuturku lirih “ kakak ini bicara apa sich ya nggaklah emang nya kakak mao Tanya apa…..? “ “ dik silvi cintakan sama kakak “ “iya kak sangat “ jawabnya pendek namun sedikit tegang “ aku juga, tapi tapi mengapa bayanganmu tak pernah menggugah hatiku yang menyimpan rindu pada seseorang “, maksud kakak apa…? “ “ aku mencintai Nira aku tak mampu membuang bayangannya sedikitpun , ntah kenapa smua ini terasa berat bagiku “ punkasku setengah bercerita “ jadi …. Slama ini kakak nggak mencintai silvi, kakak menerima pinangan silvi karna kakak takut memupuskan janji abahku , iya kak…! jawab….. jawab ….. jawab kak ..!, kenapa kakak ngga’ cerita sebelumnya kalau kakak menyimpan hati orang lain, kakak tega…tega …tega ! “ aku tak mampu berbuat apa apa , hanya maaf yang tersulam dalam bibirku, karna keadaan smakin tabu, isrtiku juga pingsan aku hanya merasa lebih berdosa disaat keadaanya seperti ini. “ kakak sekarang silvi sadar hidup ini bukanlah senyuman saja ,ada sedih dan air mata, kejarlah Nira kak , bawa nira kesini, aku ihklas kak jika aku harus dimadu secepat ini, jangan lukai dua perasaan yang sedang luka ini kak, kakak janji sama silvi …! “ ucapnya bijak ketika matanya terbuka didunia saadarnya, aku mengangguk kecil dengan janji yang begitu besar , dia tersenyum dengan tegarnya membuatku merasa tertegun , aku ciumi dia dalam dalam terlarut dalam mimpi yang begitu indah seraya ku kaitkan jari kelingkingku sbagai janji.
Pagi pagi sekali aku pergi untuk menjemput Nira, ku tatapi rumah kecil yang sedikit jauh dari perkampungan, “ assalamualaikum “ ku ketuk pintu sekian kalinya tapi taka da jawabnya , “ waalaikumsalam “ suara merdu dari wanita paru baya dibelakangku yang ternyata ia adalah ibunya Nira,” maaf tante Niranya ada..? “ tanyaku singkat “ maaf ini siapa ..? “ “ saya faris dari pesantren
Kamu faris, faris yang Nira sering ceritakan kepadaku tentangmu, kamu sahabatnyakan ….kamu juga pacarnya dulu ,lalu sekarang kamu telah menikah dengan neng silvi kan …?” tanyanya runtut dengan sedikit air mata dan aku hanya menunduk salah dengan pertanyaan itu . “ kamu terlambat nak mari ikut aku “ ajaknya membuatku tak mengerti, aku terus menatapi jalanku, aku kaget disaaat aku terhenti di makam, air mataku pecah disaat kubaca batu nisan dengan nama Ninsia Aurora, aku tak percaya bathinku semakin sedih dengan hadirnya air mata, hingga aku tak mampu berkata . “ Nira sekarang telah pergi, jangan lagi kau tangisi “ “ tapi tante aku ingin menjemputnya, tapi mengapa saat ini dia pergi menjauhiku, tuhan …..! apalagi ini “ jeritku mendung , “ ikhlaskan saja smua terlambat tuhan lebih mencintainya dari pada dirimu, bangunlah Nira sudah pergi jangan bebani dia dengan air matamu , do’akan saja agar dia bahagia, sebab namamulah yang selalu disebut hingga ia menulis salam dikertas ini, terimalah “ pintanya tegar seraya memberi secarik kertas yang agak lusuh .
To:Faris Kakakku
Assalamualaikum….kakak demi tuhan rasanya sulit melupakanmu, hari hariku bagai peranca yang hampir roboh, ntah berapa lama aku sakitnya mengukir pena diatas kertas ini,tapi sungguh tak mampu dalam satu detik tanpa bayanganmu , aku tak tahu siapa yang nanti yang mengantarkan kertas ini, aku kangen sama kakak tapi apa daya kakak milik orang lain, jangan hianati neng silvi seperti kakak melukai hatiku, kejarlah dia karna bahagia kakak adalah bahagiaku juga, dan kesedihan kakak adalah kesedihan nira juga, udah dulu kak, jaga cinta kakak jangan hilang kembali meski aku masih mencintaimu, terima kasih ……
Wassalam
Ninsia Aurora :Yang Mencintaimu
Aku tak merasa cerita nira secepat in, aku tatapi inci demi inci dari surst yang kubaca aku kejar kembali neng silvi istriku tapi suasana sepi ketika telah sampai dipesantren yang sempat ku tiggalkan ini, kutanyai abah tapi abah bisu dengan derai air mata, kuberlari cepat dan aku kaget menatap istriku yang sedang koma, aku tatapi sayup matanya ada getaran aku menjerit membangunkannya, “ kak … mana Nira apa kakak telah membawanya kemari “ Tanya nya yang membuatku terpaksa menceritakan smuanya hingga dia tahu kalau Nira telah pegi lebih dulu meninggalkan kita semua,” kak…. Kenapa kakak harus mencari sebidang tanah yang luas, padahal kakak hanya butuh satu kotak kecil tanah untuk menguburnya, kenapa juga aku mengharap cinta yang lebih besar sedangkan aku membutuhkan sedikit cinta dari tuhanku untuk hati kecilku, kak … biar silvi nanti yang sampaikan salam kakak pada nira, ya kak “( INNALILLAHI WAINNALILLAHI RAJI’UN )” “ lisanku bergetar pendek disaat menutup matanya selama lamanya, aku tak sabar menghadapi ini smua, pergi sesingkat mentari, aku rapuh tanpa orang yang aku cintai . tuhaaaaan ……….! Jeritku menfsirkansyirku untuk tuhan ,Silvi, Nira maafkan aku .
“ Tuhan……! Mungkinkah engkau cemburu
Lalu kemanakah tiga bidadariku
Aku termenung sendiri di cinta sengketa
Aku tak bisa bicara dalam arti yang tak bisa takwil
Aku rajam hatiku karna mereka pergi
Lalu dosakah aku dalamskenariomu,……….
Tuhan,……. Sembunyikanlah mereka dalam surgamu ….”.
By: Kang Aaf
(Tinta Emas Madura)
Serabi Barat Modung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
modung mna mas
BalasHapusgwa bangkalan jga mas
Modung serabi barat kak
BalasHapus