Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi kita yang harus
dilaksanakan, sebagaimana yang di sebutkan dalam Hadits: “Thalabul ilmi
faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin”.
Pernah pada suatu hari Syeikh Habib Ali al Habsy di kunjungi oleh para
santri ilmu, dan pada saat itu beliau berwasiat kepada mereka. “Pantaskah kita
di katakan sebagai penuntut ilmu sedangkan waktu yang berharga banyak kita
gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, kita gunakan untuk banyak tidur.
Tidak sepantasnya seorang penuntut ilmu tidur sebelum pertengahan malam atau
menghabiskan malam harinya tanpa menghapal ilmu, atau mengkaji al-Qur’an,
Hadits dan ilmu-ilmu lainnya. Dan tidak sepantasnya seorang pemuda dikatakan
santri ilmu sedangkan ia tidak pernah bangun malam untuk melaksanakan shalat
sunnat tahajjud”.
Para salaf kita dahulu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, padahal
mereka bukan dari golongan orang-orang yang berharta, hidup mereka pas-pasan
dan bahkan ada diantara mereka hidupnya sangat sederhana, namun mereka
bersemangat dalam meraih ilmu dan mengamalkannya.
Adapun kita, dirumah kita telah tersedia berbagai macam makanan,
tapi kita malas untuk menuntut ilmu bahkan hati kita tidak bergerak sama sekali
untuk menuntut ilmu. Membiarkan diri dalam kebodohan adalah dosa yang sangat
besar. Apalagi melantarkan istri dan anak-anak dalam keadaan bodoh, sehingga
banyak sekali dari generasi muda kita tidak mengenal siapa Tuhannya?, siapa
Nabinya?, Bagaimana cara menutup aurat?, Bagaimana memilih teman?, hal ini
adalah musibah diatas segala musibah yang ada.
Imam Syafi’i rahimahullah, selama 16 tahun tidak pernah
meletakkan punggunnya di atas hamparan untuk tidur atau istirahat, kecuali pada
saat beliau akan wafat, dalam kondisi seperti itupun beliau terlentang diatas
hamparan pelapah kurma yang tipis dan kasar.
Imam Ibnu Hajar selama 4 tahun di Mesir tidak pernah makan daging,
padahal saat itu harga daging di Mesir sangat murah.
Al Habib Alwi bin Sahl rahimahullah, terpaksa harus menulis
satu lembar dari kitab Al Irsyad (kitab Fiqh karangan Ibnu Muqry) di
lengan bajunya karena tidak memiliki kertas.
Dan satu hal lagi yang paling banyak dilupakan orang, padahal hal
ini adalah yang terpenting yang harus dimengerti oleh semua santri ilmu,
sebagaimana yang di katakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu
wajhah, “Aku ingatkan kepada semua penuntut ilmu tentang sesuatu yang
paling banyak dilupakan orang, padahal ini adalah yang terpenting yang harus
dimengerti oleh santri ilmu, yaitu menghormati guru atau syeikh yang
mengajarinya. Bahkan para santri di wajibkan untuk mengagungkan semua ulama
yang mengemban ilmu, karena dengan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak
mereka maka seorang santri akan mendapatkan keberkahan dan kemulyaan ilmu”.
Dan kado terakhir, agar penuntut ilmu menjahui sifat dengki dan iri
hati, karena kedua sifat ini dapat mencabut keberkahan ilmu yang telah di
peroleh, Barakallahu fiikum. Teladani amal para salaf kalian, jangan
pernah menganggap mustahil tentang mujahadah yang telah dilakukan oleh
orang-orang terdahulu, sebab mereka diberi kekuatan dhahir-bathin oleh Allah
SWT.
Wahai para penunut ilmu! Jika kalian mau berusaha dengan
sungguh-sungguh, maka kesempatan masih terbuka lebar. Bersemangatlah dalam meraihnya!
Dan mohonlah kepada Allah agar kalian diberi taufiq-Nya untuk dapat meniru
langkah-langkah mereka. Ketahuilah, setiap orang yang mengajarkan ilmu sesuai
dengan ilmu yang dimiliki, kelak di hari kiamat ia pasti akan mendapatkan
syafa’at Rasulullah SWA. Amiin.
0 Celoteh Mereka:
Posting Komentar