Kota
yang Menyimpan Tongkat Nabi Musa
Istanbul, yang sebelumnya
bernama Byzantium lalu Constantinople, dibangun sekitar tahun 658 sebelum
Masehi oleh bangsa Megarians, salah satu koloni Yunani. Kota ini persis berada
di tepi Tanduk Emas (Golden Horn) dan berbatasan langsung dengan selat Bosporus
yang memisahkannya dari benua Asia di timur.
Kata Byzantium diambil dari nama
pemimpin Megarians, Byzus yang berasal dari Megara, sebuah wilayah di dekat
Athena. Pada tahun 326 M, Kaisar Romawi, Constantine, memilih kota ini sebagai
pusat kekuasaannya di timur dan mengubah Byzantium menjadi Constantinople,
serta memperluas wilayah kota hingga melingkupi tujuh bukit di sekitarnya.
Constantine juga yang memulai
pembangunan benteng raksasa yang mengelilingi pusat kekuasaannya di Istana
Topkapi. Hingga hari ini reruntuhan benteng itu masih berdiri melingkar dari
Jalan Alemdar, lalu memotong Aya Sofia hingga ke ruas Jalan Kennedy lalu ke
arah Sarayburnu di utara.
Menurut Roger Crowley dalam buku The
Holy War of Constantinople and The Clash of Islam and The West, keinginan
Islam merebut Constantinople sama tuanya dengan usia agama yang lahir di
jazirah Arab itu.
Pembawa
ajaran Islam, Muhammad SAW pada tahun 629 M mengirim sepucuk surat untuk Kaisar
Heraclius di Constantinople. Dalam suratnya, Muhammad mengajak Heraclius
meninggalkan paganisme (penyembahan berhala) dan mengimani satu Tuhan. Namun
Heraclius memilih menolak seruan itu. Muhammad tak memaksa.
Pada
masa selanjutnya, Islam berkembang luas dengan cepat. Pada era 630-an, Damaskus
di Syiria menjadi pusat kekhalifaan Islam yang dipimpin Dinasti Muawiyyah.
Tahun berikutnya Islam diterima di Jerussalem, Mesir (641), dan Armenia (653).
Dalam dua dekade selanjutnya seluruh Parsia mengakui Islam.
Pada tahun 669, sekitar 40 tahun
setelah Muhammad wafat, Muawiyyah mengirimkan pasukan ke Constantinople. Tahun
selanjutnya, Muawiyyah menaklukan Dardanelles dan Tanjung Cyzcus, di selatan
Constantinople. Sepanjang 670-an kapal-kapal perang Muawiyyah berlayar
bolak-balik menyusuri Bosporus, dari Laut Hitam di utara ke Laut Marmawa di
selatan, begitu seterusnya.
Di akhir dekade itu,
Constantinople menembakkan berton-ton batu api ke arah kapal-kapal perang
Muawiyyah. Serangan ini menghasilkan kerugian besar di pihak Muawiyyah. Tak ada
jalan lain baginya, kecuali menarik pasukan dan untuk sementara, menyimpan
mimpi tentang Constantinople hingga ia wafat di tahun 679.
Keinginan
Muawiyyah menaklukan Constantinople baru terlaksana 800 tahun kemudian. Senin,
29 May 1453, pasukan Ottoman dari Anatolia di yang dipimpin Fatih Mehmed II
mendobrak pertahanan Constantinople. Pertarungan berjalan dengan sengit. Kedua
belah pihak kehilangan ribuan tentara.
Setelah menaklukan Constantinople,
Mehmed II yang kala itu baru berusia 21 tahun meminta agar pasukannya tak
membantai warga kota serta tak merusak bangunan yang ada. Mehmed juga mengubah
Katedral St. Sophia menjadi Masjid, dan pada hari Jumat pertama, 2 Juni 1453,
dia dan pasukannya menggelar shalat Jumat di tempat itu.
Di
awal abad ke-17, Sultan Ahmed I mendirikan Majid Biru di seberang Aya Sofia.
Tak seperti Aya Sofia yang memiliki empat menara, Masjid Biru memiliki enam
menara dan 36 kubah kecil di sekitar kubah induk. Dan Aya Sofia sejak itu
menjadi museum.
Lukisan-lukisan kramik peninggalan
Katholik di dinding dan di langit-langit St. Sophia masih dapat disaksikan
hingga kini. Untuk memberi nuansa Islam, Ottoman memasang tujuh kaligrafi besar
di ruang utama, yang masing-masing bertuliskan nama Muhammad, empat khalifah
pertama, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, serta dua cucu Muhammad, Hassan dan
Hussein.
Seperti Romawi, Ottoman juga
menjadikan Topkapi sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal Sultan,
sebelum akhirnya dipindahkan ke Istana Dolmabache.
Dan
kini, setelah menjadi musium pada 1924, di Topkapi dapat ditemukan berbagai
benda yang berhubungan dengan perkembangan agama Islam. Bahkan, jenggot, pedang
dan cetakan telapak Nabi Muhammad pun ada. Juga tongkat yang digunakan Nabi
Musa untuk membelah Laut Merah saat dia melarikan diri dari Mesir bersama
ribuan orang Yahudi ke Israel, hampir 4.000 tahun lalu.
By:
kang Aaf
0 Celoteh Mereka:
Posting Komentar