Nasigorengseratus

Labels

Sabtu, 25 Januari 2014

cerpen ala kang aaf

Mutiara Yang Hilang

Ibu….ibu…. aku terkejut usai mimpiku yang berlalu, aku begitu rindu akan ibu tapi kemana ibuku, sejak sajakku hilanh aku mengerti aku hanya sendiri, ku tatap percikan air wudlu’ yang belum terusap itu, kemudian ku usap hingga aku hampir menyentuh kaca, kaca itu seakan bergetar hening namun getaran itu hanyalah air bening  dari kedua mata sayupku yang Nampak dari sebuah kaca.
“ sudahlah nis berhenti menangis biar  kakak besok cari mama,  tapi kamu  harus jaga papa ya…?” , kata mbak farah menenangkan fikiranku, dalam dekapan papa yang sedang sakit-sakitan.
Gerimis memang mengerutu ego mbak farah, sedikit lagi  cuaca berubah terik atau juga hujan, ya aku hanya mampu berdo’a dari samping papa, waktu seakan berjalan lebih cepat hingga cahaya sore  hampir menguasi langit,  mbak farah pun masih belum bisa menemukan mama yang pergi beberapa waktu lalu, mama pergi karena kondisi papa yang tak kunjung sembuh, memang papa sakitnya begitu lama hingga dokter saja tidak bisa menjamin kapan papa akan sembuh, mama merasa putus asa dengan keadaan ini, sedangkan keadaan ekonomi merosot begitu jauh hingga nyaris papa tak mampu berobat lagi, tapi mbak farah hadir sebagai pahlawan, dengan berbekal ijazah S1 dari prodi jurnalistik mbak farah bisa bekerja dibeberapa media ternama di Jakarta  salah satunya adalah majalah Al Hayat yang mengupas tajam kehidupan masa kini dalam pandangan syariat, keseharian bak farah sekarang mulai sibuk dengan mencari mama, pencariannya dimulai dari surat kabar, televisi, bahkan dengan membuat poster dengan tulisan “ Orang hilang “ sebenarnya kata-kata itu begitu pahit di telinga sebab mama bukannya hilang tapi pergi, tapi mungkin dengan cara ini respon dari pembac akan lebih peduli lagi.
Beberapa hari bahkan beberapa minggu usaha mbak farah masih belum  ada tanda-tanda kehadiran mama, perasaan sedihku semakin membengkak hingga Nampak kepermukaan mataku yang kemudian embun kecil itu mengalir di kedua lesung pipiku dan jatuh pas di pipi papaku hingga membuat papaku terbangun, “ kenapa menagis nis…?, kamu rindu mama ya…?, andai saja papa bisa berjalan  biar papa yang cari mamamu,  kamu yang sabar ya..? kamu harus kuat ya…?, sebab wajar sekali bila mamamu pergi, papa terlalu banyak menyusahkan mamamu, mamamu hanya butuh kasing sayang dari seorang suami, tapi hingga dia pergi dia belum pernah mendapatkan kasih sayang dari papamu yang lumpuh ini, papa sadar, papa tidak akan marah sama mama kamu bila nanti mamamu tak mau kembali kepangkuan papa, bahkan papa berhutang budi sama  mama kamu, dan papa sudah  ikhlas  dengan takdir papa, jadi papa harap kamu yang kuat ya…? Ini hanya ujian dari tuhan, bila papa pergi nanti ku harap anisa mampu  untuk memberi tahu mama kalau papa  masih sayang sama mamamu,  tolong juga sampaikan rasa terima kasih papa kepada mama kamu, jadi kamu yang tabah ya…?”  “ papa gak boleh berkata seperti itu, papa harus kuat dan cepat sembuh biar aku papa dan mbak farah yang mencari mama sama-sama serta mengajak mama untuk pulang dan berkumpull lagi di rumah ini, jadi papa yang kuat ya…?” gemuruh batinku menghibur papa walau sebenarnya ada rasa sedih yang mendalam dari kata-kata papa barusan.
Cuaca sepertinya mulai stabil namun kondisi papa belum ada aba-aba yang mendekati perkembangan baik dari  kondisinya. Aku tak pernah abaiakan do’a untuk kedua orang tuaku selepas solat lima waktuku, aku hanya bisa menangis dan selalu berpangku pada hasil kerja mbak farah untuk kepentingan sehari-hari, aku selalu support papa agar bisa bangkit dari sakitnya, aku juga ajak papa untuk tersenyum untuk mengurangi rasa sakitnya serta untuk menganalisir rasa jenuh yang di sebabkan lumpuh yang begitu berkepanjangan, aku ajak juga papa untuk selalu bisa bersyukur dari apa yang papa rasakan selama ini’

“ Tuhan aku paham segala takdir engkau yang menyetuhnya
Terik, gerimis, bahkan tetesan embun  selalu seirama
Hidupku terlalu panjang untuk takdir Mu
Begitu banyak air mata yang terbuang sia-sia
Tuhan….bisakah engkau menghapus air mataku dengan senyum
Lalu kenapa engkau tak menyapu air mataku
Bisakah engkau adakan aku di tidur dan bangun seirama
Lalu kenapa kamu menidurkan harapan panjangku
Ku akui aku bukan yang sabar dalam kecilnya takdir Mu
Tapi hingga kapan ini tidak bisa terlepas
Tuhan…semuanya begitu kecil dan pendek bagi Mu
Namun bagiku terasa begitu lama dan panjang
Aku tidak pernah berharap lebih kepada selain Mu
Bahkan aku kerutkan keningkangku ketika bermunajat kepada Mu
Supaya engkau melihat betapa butuhnya aku kepada Mu
Tuhan…. bila hadirku ini melepas ridla Mu
Maka maafkan aku
Bila do’aku meredam magfirah MU
Maka tetapkan aku dalam sebutan indah MU ”

Aku terlelap dalam tulisan syairku sendiri, aku hany bisa menghening sendiri dari mukenah yang belum sempat terlepas, aku bersimpuh seakan aku menyurati tuhan tapi dalam batin kecilku, aku berdo’a kepadanya memohon sedalam-dalamnya untuk kebaikan papa dan keluargaku.
“ Assalamualaikum…mbak berangkat dulu ya…?, tolong jaga papa baik-baik”
“ Waalaikum Salam hati-hati dijalan ya mbak semoga cepat ketemu mama…? ” jawabku singkat dengan nasehat kecil disaat kedua mataku masih lembab sebab tangisan doa’ku semalam,
“ Amin….” Jawab mbak farah singkat
Aku sedikt ada yang aneh dengan hari ini, dadaku seakan berdegup kencang tanpa sebab yang pasti, keadaan langit Nampak begitu mendung aku sepertinya mengibakan mbak farah, “ ya Alloh kenapa aku selalu ingat mbak farah ya…?, selamatkan dia ya Alloh jangan sampai terjadi apa-apa padanya ”, kondisiku mulai membaik aku coba buatkan teh hangat untuk papaku, langkahku belum begitu jauh “ Allahu Akbar Allahu Akbar ” Suara adzan sebagai indikasi panggilan masuk dari HP yang kusimpan dalam saku kananku, ku jamah HP mungilku kemudian aku merasa terkulai, pucat pasi, dan iringan air mataku Nampak jatuh perlahan menguasai pipiku.
“ Mama………!!!”jeritan itu membuat papa mendengarnya, papa bingung sedangkan aku masih tersedu-sedu. “ Anisa apa yang terjadi dengan mama…? “ Tanya papa panik, aku termenung menatap tajam kepada papa, kemudian aku mendekat di saat aku masih terisak-isak
“ Papa yang sabar ya…? Sekarang mama telah pergi untuk selama-lamanya ”, jawabku tegar
“ Maksud Anisa apa…? ”
“ Mama Kecelakaan di pabriknya disaat mama sedang bekerja, mama terseret diesel hingga mama meninggal dunia,  sekarang jenasahnya ada di Rumah sakit Bakti Husada III. Jl. Raden Kusuma” Terang diriku, kemudian pecahlah kedua mataku hingga air bening menyusup bibirku, mendengar hal itu papa hanya mampu mengigit kedua bibirnya, kami berdua merasa sock dan tiada daya lagi.
            Keadaan mulai tenang tak lama kemudian aku sampai di rumah sakit tempat jenasah mama di otopsi, terus terang saja aku sempat pingsan di saat hanya sebagian wajah mama yang ku kenali, aku memang lupa dengan mbak farah kemudian aku menelponnya aku sadar betapa socknya mbak farah waktu itu, hingga dia meminta untuk pulang cepat dari tempat bekerjanya.
            3 jam lebih mbak farah belum juga datang, sedangkan air mataku beum juga kering, aku bingung dengan kondisi papa yang semakin buruk, hingga akhirnya papa harus di opname sebab gangguan jantungnya kambuh, aku panik, hingga air mataku kering dengan sendirinya, aku sempat tak mampu berfikir menatap tajam kelangit yang masih mendung, namun HP ku bordering menghentikan pandanganku, aku angkat HP-ku perlahan, namun suaraku semakin parau, mengecil hingga tak bersuara, aku terjatuh dan sock sehingga aku bergetar hebat. “ mbak farah……!!!, jeritku mengagetkan seisi ruangan rumah sakit pada waktu itu, ternyata mbak farah kecelakaan hebat sebab sepeda yang dia kendarai tergelincir dan menabrak tiang listrik. Mendengar berita ini papa sock hingga akhirnya tak mampu tertolong lagi, sedangkan aku terus terjatuh bersandar kedinding, terpejam, dan tak mampu melihat lagi hingga kisah ini berakhir…….!

By: Kang Aaf

“ Tinta Emas Madura ”
Serabi Barat Punya


0 Celoteh Mereka:

Posting Komentar

 

CERPEN ISLAMI

UNTUK UMUM

KARYA PRIBADI @af

SILAHKAN KUNJUNGI: http//:cepatkreatif.blogspot.com

LP3S

Lembaga Penerbitan Pp. Syaichona MOh. Cholil.